Kamis, 02 Juni 2011

Surat Buat Ibu


Bu, entah mengapa aku menuliskan ini. Aku tahu ibu mungkin tak akan pernah membacanya. Kalaupun ibu membacanya, aku tak yakin ibu akan bisa memahaminya. Entahlah, aku ingin saja. Ada desakan dari dalam. Keinginan, itu saja. Bukankah sesuatu kita lakukan tak perlu selalu ada penjelasannya. Iya kan bu?

Bu, saat ini aku terpuruk. Aku merasa bersalah sekali, berdosa. Merasa bukanlah apa-apa, atau siapa-siapa. Aku remuk bu. Dan entahlah, mengapa di saat seperti itu aku akan selalu ingat kau Bu. Aku rindu kau. Selalu saja, selalu begitu. Selalu jika aku ingat kau, aku tak kuasa untuk tidak menangis Bu. Sampai saat ini aku belum bisa memberi sesuatu untuk ibu, aku belum bisa menjadi sesuatu (meski kau tak pernah minta sesuatu dariku bu).

Bu, waktu semakin berjalan ya. Entah sudah berapa umur ibu. Kau dulu cuma bilang kalau kau lahir di tahun 1955, itupun kau ragu. Itu berarti 66 tahun yang lalu . Ah ibu semakin menua, tapi ibu tak pernah mau berhenti menjadi ibu. Menjadi ibu adalah karunia terbesar yang diberikan Allah , mungkin itu pikiranmu bu. Kami kini semua beranjak dewasa. do’akan ya bu agar anakmu ini bs selesaikan study n bisa lebih bermanfaat.

Bu, aku ingin membahagiakanmu. Aku ingin kau tersenyum di hari wisudaku, menatap bangga anakmu memakai toga kebesaran. Dan ibu menciumku, menggumamakan sesuatu, yang pasti do’a ,yang kutahu tak pernah lupa untuk ibu panjatkan.

Bu, aku tak ingin menangis. Tapi entah mengapa aku menangis menuliskan ini. Apakah karena aku belum bisa memberi yang terbaik buat ibu. Bu, aku cinta ibu, aku cinta ibu karena Allah. Tahukah ibu, itu kalimat siapa? Itu adalah kalimat Delisa yang ia ucapakan pada ummi dan abinya. Ah, ibu tak akan tahu siapa delisa itu. Dia anak-anak yang masin berusia 6 tahun bu. Ia hanyalah tokoh rekaan dalam sebuah novel. Tapi mengapa ia terasa begitu nyata bagiku, ia terasa hidup, ia seolah anakku, seolah adikku, dan seolah diriku sendiri. Saat itu bu, aku tak kuasa untuk tak menangis saat membacanya. Aku ingat ibu, betapa dulu aku tak terpikirkan mengucapkan kalimat seindah itu pada ibu. Saat aku seusia Delisa.

Bu, bagaimana kabar ibu sekarang, di saat aku jauh dari ibu aku justru selalu ingat ibu. Mungkin ini semua wajar, tapi tidak bagiku, ah akan sangat sulit menjelaskannya bu.

Bu, kadang aku rindu masa kecilku . Aku rindu saat ibu mengangkatku tinggi tiap kali ibu selesai memandikanku. Aku rindu saat ibu mengajakku bepergian,...

Bu, menjadi dewasa adalah menjadi seseorang yang harus berani bertanggung jawab. Dulu sewaktu kecil aku selalu meminta pembenaran dari ibu tiap kali melakukan sesuatu yang tidak biasa. Masih ingatkah ibu, dulu tiap kali aku ingin membatalkan puasa (setelah bandel di siang bolong ramadhan bermain dan berlarian bersama teman-teman yang membuatku kehausan) aku selalu meminta pertimbangan ibu. Lama waktu itu aku merajuk, sampai akhirnya ibu luluh dan berkata : ya sudahlah. Aku tak pernah berani untuk sembunyi-sembunyi membatalkan puasaku, karena ibu tak pernah mengajarkan seperti itu . Dan sekarang bu, aku harus memutuskan sendiri tindakanku. Lalu akupun harus mempertanggungjawabkan sendiri tindakanku itu. Sekarang aku harus bisa menjaga diriku sendiri bu. Berat, berat sekali bu. Aku harus bisa menopang kedua kakiku agar tidak tergelincir, menjaga mulutku agar tidak kebablasan. Menjaga semuanya bu. Aku membayangkan begitu beratnya ibu harus menjaga ketujuh anak ibu.

Bu, kemarin saat aku pulang, ibu mengeluhkan kaki ibu yang sakit. Sekujur kaki (entah yang kanan atau kiri, aku lupa). Ibu bilang bahwa ibu sudah ke dokter tapi belum juga ada hasilnya (sekarang sudah baikan tidak bu?). Saat itu aku terdiam bu, aku tak punya jawaban untuk itu, aku hanya menduga-duga apa penyebabnya itu. Andaikan aku dokter bu, mungkin aku bisa menjadi lebih bermanfaat bagi ibu kala itu, tapi aku hanyalah seorang Teknik Komputer , yang pekerjaannya merakit komputer, menciptakan dan menghapus virus-virus trojan. Tak begitu tahu masalah linu-linu.

Tapi ibu tak pernah sedih kan. Ibu menerima semua penyakit yang diberikan Allah itu dengan senyuman. Bahwa itu ujian Allah. Ibu tak pernah menyerah, itu bukanlah sebuah alasan untuk ibu menghentikan aktifitas ibu yang seorang guru (walaupun ibu semain kesulitan berjalan). Tak ada yang bisa menghentikan ibu. Ah kemarin aku pun tak bisa menghentikan ibu yang sampai terhuyung-huyung melangkah ke sekolah. Mengapa? Karena kau tahu gajimu yang kecil itulah yang biasa aku bawa balik ke Malang setiap kali aku pulang. Bu, aku terenyuh memandangnya kala itu, memandang langkahmu yang tidak lagi tegap.

Aku takut bu, aku takut saat itu tak dapat kutemui. Aku takut aku belum sempat membahagiakan ibu. Aku takut ibu tak sempat menikmati buah dari perjuangan ibu itu. Aku tahu bu, ketakutanku tak beralasan sekali. Karena mungkin aku bisa saja mendahului ibu, tapi ah tetap saja bu, ketakutan itu, ketakutan melihat kerut diwajah ibu yang kian rata, ketakutan melihat gigi ibu yang mulai tanggal, dan kemarin, ketakutan melihat langkah ibu yang semakin terhuyung-huyung digerogoti rematik. Aku takut bu. Bahkan semakin takut tiap kali aku mengingat dulu tiap kali ibu mengeluhkan kaki ibu yang sering sakit dan meminta diolesi balsem sambil dipijiti, aku melakukannya dengan malas-malasan sambil bilang : tidur aja pasti besok dah sembuh (yang langsung kau balas: mana mungkin bisa tidur nak kalau kaki sakit begini). Padahal bu, padahal kau selalu ikhlas tiap kali mengurut kakiku yang keseleo setelah main sepak bola di lapangan.

Bu, apa yang ibu lakukan sekarang. Sudahkah ibu istirahat, sudahkah ibu sejenak mengistirahatkan kaki ibu. Kau memang tak pernah istirahat bu. Tiap kali kau merebahkan badan, ada saja yang menganggumu (termasuk aku), menanyakan hal-hal kecil, mengadu hal-hal kecil, meminta pertimbangan-pertimbangan. Kau memang muara segala hal bu. Semuanya akan menjadi ringan bila dilaporkan padamu. Kau selalu menenangkan . Entahlah, mungkin itu senjata yang diberikan Allah pada semua ibu di muka bumi. Kau tak perlu banyak berkata-kata, kau cukup memandang, dengan wajah teduhmu, dan subhanallah, semuanya terasa ringan kembali. Semuanya seolah bukanlah beban. Semua itu bu, semuanya, membuat aku bertambah sayang pada ibu.Aku mencintaimu bu, walau itu tak pernah terucap. Sama halnya kau tak pernah mengucap kata cinta pada anak-anakmu , tapi aku tahu kau mencintai kami bu. Kecintaanmu bahkan tak terwakili oleh kata cinta itu sendiri.

Akhirnya hanya itu yang mungkin bisa kuberikan bu. Semuanya menguap. Aku tergugu. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Terlalu banyak kasih sayangmu yang coba aku ceritakan. Terlalu beragam senyummu yang coba aku terjemahkan. Semuanya terlalu sesak. Tak akan muat dalam lembaran kertas.

Maafkan anakmu ini bu, karena bahkan sampai segede ini masih sering merepotkanmu.

Dan jika waktu bisa berputar ke belakang, sungguh bu, aku ingin kembali terlahir dari rahimmu..
I Love U IBU....
Reza

Selasa, 31 Mei 2011

Ada apa dengan hatiku???


31 Mei 2011 di malam yang gelap kutuliskan kegalauan hati ini.. Entah ada apa dengan hati ini, gelisah, khawatir terus menderu di dada ini semenjak sore hari. Ingin kuuisr rasa ini, ingin kutanggalkan kepenatan yang berat ini…


”Ya Allah, sungguh Engkaulah pembolak-balik hati ini…..turunkanlah kedamaian, ketentraman pada hatiku.”

”Ya Allah, sungguh Engkaulah Tuhan yang Maha Berkehendak…jadikanlah hati ini menjadi sebuah cermin yang bersih, cermin yang dengan mudah menyerap dan memantulkan hidayah-Mu.”

”Ya Allah, sungguh Engkaulah Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Pengasih lagi Maha Lembut…jadikanlah hati ini menjadi hati yang istiqomah untuk selalu ringan dalam menjalankan semua syariah-Mu.”

Yaa Rabb…Betapa lemah hambaMu , betapa rapuhnya badanku, betapa fakirnya jiwa ini. Sungguh, hanya karena masalah hati telah membuat diriku tak berdaya, hanya karena masalah hati badan menjadi berat, hanya karena masalah hati akal ini menjadi keruh.


Ya Rabb, Engkaulah Tuhan Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa sedangkan hambaMu ini hanyalah manusia yang lemah…Jadikanlah hati ini menjadi hati yang selalu bersandar kepada Engkau, hati yang selalu mengharapkan pertemuan dengan Engkau.


Berpikir sejenak…merenung dan mencari dosa apakah yang kuperbuat sehingga menyebabkan hatiku menjadi sedemikian rupa. Berharap dan memohon diriku yang lemah ini di hadapan Sang Penggenggam Hati, semoga ditampakkan kesalahanku jika kesalahan ini kulakukan kepada manusia. Berharap dan memohon diriku yang lemah ini di kegelapan semoga diampuni segala dosaku serta di maafkan segala kesalahku oleh Tuhan Yang Maha Pengampun...

Amin...........

Senin, 30 Mei 2011

Ingin Menyapamu Tapi Aku Malu

Aku ragu, antara menyapamu atau menunggumu menawarkan canda padaku. Menyapamu dibilang tak tau malu. Tak menyapamu, nyeri rasa rindu. Hehehe..



Ahh, sungguh merepotkan diam-diam menyukaimu.
Kau tau aku kaku, kenapa kau tak coba melucu. Kalau begini melulu, kapan kita jadi satu? :D

Hahaha sudahlah, yang jelas aku suka kamu..

Jumat, 27 Mei 2011

Patah Hati

Cinta Kan Diuji

Kata "terlambat" sudah sangat familiar di telinga kita
Kata - kata itu sering muncul baik sebagai alasan atau ketidaksengajaan
Banyak memang alasan untuk memunculkan kata itu
Dan bisa diaplikasikan dalam berbagai persoalan
Tapi kalau terlambat datang ke kantor...mungkin hal yang biasa
Tapi coba kita merenung dalam kontek..."Terlambat Mencintai..."

Sebenarnya tidak ada yang terlambat dalam mencintai seseorang....
Saat kita benar-benar mencintai seseorang
Walau kita terlambat menyadari ...
Namun itu bukan akhir dari cerita cinta....

Kita pernah "menawarkan" perasaan cinta pada seseorang
Hingga kita rela melepaskannya ...
...jika memang ia akan bahagia dengan yang lain
Seperti halnya...
Lebih baik melihat orang yang kita cintai tak lagi bersama kita,
Jika itu membuatnya lebih bahagia
Daripada harus bersama kita..., tapi batinnya tersiksa dan tak bahagia
Diam dalam keterpaksaan...
Senyum dalam kedukaan....
Merana di istana kebisuan

Saat kau menyadari semua ini...
Itu ....tidaklah kejam meski kita merasa sedikit kecewa...
Karena kecewa adalah resiko mencintai
Namun kita tetap beruntung ....
Karena kita dapat menyadari bahwa perasaan cinta itu masih ada

Menyedihkan....
Ya .. menyedihkan itu tepat untuk kita yang pernah menderita dalam cinta
Saat cinta tak terbalas ...
...atau orang yang kita cintai telah berkhianat....
Sedih memang....
Tapi ketahuilah...,kita bukan orang yang paling menyedihkan...
Sadarilah dia yang melukai kita lebih menyedihkan lagi...
Karena tanpa ia sadari...
Ia telah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintai dan menyayanginya

Salah Mencintai....
Hanya dengan mencintai kita melihat dirinya sangat sempurna
Namun mencintai bukan suatu kebutuhan tapi suatu pilihan...
Saat kita menganggap cinta itu bagai kebutuhan!!!!!
Kita takkan rela melepaskannya...
Kita hanya bisa menyadari....
Dia adalah pilihan kita...
Tapi bukan suatu kebutuhan yang mutlak harus mengikuti jalan hidup kita
Maka...
Kita akan sakit dan tak rela bila kita kehilangannya...

Cinta itu tdk selalu indah
Seindah dongeng Cinderella yang berakhir bahagia....
Atau Romeo en Juliet dengan kisah cintanya yang abadi....
Kita harus realistis...bahwa kita hidup bukan di negeri dongeng
Tapi di negeri sahdewa yang banyak ujian...tantangan...dan godaan....
Disinilah cinta kan diuji....
Dan kesetiaan harus dibuktikan

Namun kita tetap tak usah berkecil hati
Kita bisa mencobanya...
Namun saat kau tak berhasil menciptakan cerita - cerita yang indah...
Kau harus bisa merelakannya...
Kau hanya bisa memperjuangkannya....
Tapi hormati dan hargailah apapun keputusannya

Dan yakinkanlah....
bahwa di saat yang tepat ...
Kita kan temukan sesorang yang lebih baik untuk kita
Karena dibalik semua cerita cinta ...
Akan berakhir dalam episode bahwa "Cinta tak harus memiliki..."
Mungkin kedengarannya klise....
Tapi itulah faktanya....
Maka dengan mengaguminya...
Kita sudah cukup membuktikan kerelaan dan kesungguhan
Bahwa kita masih bisa tetap bertahan
Walau dia tidak berada di samping kita
Jangan mengutuk...menyumpahi atau mendoakan supaya dia menderita
Ketika ia menentukan pilihan tuk meninggalkan kita
Menjatuhkan pilihannya pada yang lain
Tapi tetap do'akanlah agar dirinya bahagia....
Karena disanalah sesungguhnya "Cinta kan Diuji

Teruntuk Ayah dan Ibuku

Ayah, Ibu …
Aku selalu ingat pada kalian
Aku selalu Cinta dan menyayangi kalian
Ayah, Ibu …
Maafkan Aku yang tak kunjung pulang
Maafkan Aku yang selalu berharap ini semua akan cepat berakhir
Ayah, Ibu …
Aku akan tetap menemani apapun yang terjadi
Aku takkan menyerah apapun sakitnya kenyataan ini
Ayah, Ibu …
Demi Hidup kalian merelakan harga diri
Demi Hidupku kalian mengorbankan Perasaan hingga segalanya
Ayah, Ibu …
Terima kasih …
Aku takkan rela jika Aku tiada Bahagiakan kalian!!!

Dia Telah Pergi

Ktika tibaLAh akhiir dari semua cerita…
tentang aKu dan kaU yang daHulu saLing mencinta……
dibaLik KisaH yg terurai….
diseMua jaLAn yang terlewati…
bergumam aKu akan sMua perih….
kehiLAnganmU….yg sangat berarti bagiku…
apaLAh arti semUA ini jiKa akhiir hanYa berujung sepi…
tanpamU …..tanpa kau disini…
taK apa batin kian tersiksa…
taK mengapa kaU tnggaLkan ku menangiis….
biar aKu disini menunggu…
biarLah dsini ku bertahan…..
Layak nya karang yg teruz dihempas ombak…
Ku hanYa bs berharap…
suatu hari kaU kan sadari…
tentang ketuLusan hatiKu tuk mencintaimu……
tentang kesadaranmu atas seMua pengorbananku…
pergiLah saYang,,,…bawa seMua angan daN haraPan…
raih semUa mimpi…..waLau kaU tak bersamaKu lagi…
satu pintaKu untukmU…
kenangLah aKu sLaLu….
sebagai seseorang yg dlu pernah singgah dihatimu……..

Reza